Kebenaran Subjektif, Nihilisme, dan Kebenaran Universal
Nurhadiansyah
Kebenaran adalah hal yang sepertinya memang paling rumit untuk dijabarkan. Seperti apakah kebenaran? Hmm. Pertanyaan semacam itu adalah pertanyaan purba yang selalu hidup di jagat perfilsafatan kita.
Proses pencarian kebenaran tentu saja merupakan proses yang bisa dibilang amat melelahkan, bahkan bukan tidak mungkin akan mendatangkan keputusasaan. Manusia, yang pada dasarnya adalah makhluk yang selalu bertanya dan selalu merasa ingin tahu—sebab dengan selalu bertanya dan selalu merasa ingin tahu itulah yang membedakannya dengan makhluk yang lain, pada akhirnya memutuskan untuk tetap selalu mencari kebenaran—tidak peduli betapa keputusasaan telah mengepungnya dari berbagai sudut penjuru. Kebenaran harus ditemukan! Titik!
Dan, seperti bisa kita duga, akibat dari keputusasaan itulah pada akhirnya manusia pun mulai berani berspekulasi tentang kebenaran dan mulai mengurai definisi-definisi tentang kebenaran. "Inilah kebenaran! Inilah kebenaran! Mari, bergabunglah dalam barisan kami, maka kalian akan menemukan cahaya kebenaran yang sebenar-benarnya!" Mau tidak mau, suka tidak suka, like or dislike, kebenaran pun terkurung dalam penjara definisi yang tentu saja sangat subjektif.
0 Comments