STELLA NATHALIA IGNACIA (02PC1)
- The Wahid institute bilang banyak makin banyak kekerasan antar agama.Kenapa sih kasus konflik antar beragama makin banyak?
- Menurut kelompok, kenapa masih ada kelompok yang tidak menerima kehadiran toleransi beragama? Apakah dialog antar umat beragama masih efektif?
- Apa artinya "Kerja sebagai ibadah"?
- Jelaskan dengan detail apa yang dimaksud dengan "intoleransi beragama"?
1. Konflik antar umat beragama makin banyak karena rendahnya kesadaran dari
dalam diri individu masing-masing mengenai toleransi dan rasa tenggang rasa
antara umat beragama. Semua agama mengajarkan hal yang baik dan benar,
namun pada penerapan pengajaran dan pengertian agama dapat dimaknai dengan
pandangan salah dalam kehidupan sehari-hari. Rendahnya kesadaran individu
ini bila dikolektifkan akan membawa dampak yang luar biasa buruk di
lingkungan masyarakat. Konsep solidaritas umat beragama pun dapat membawa
dampak negatif dan memicu pertikaian. Selain itu, komunikasi yang baik
antarumat beragama pun perlu dibangun dengan baik. Hal apapun yang baik
tidak akan menjadi baik apabila komunikasi tidak dilakukan secara baik
karena memberi kesan negatif.
2. Kehadiran kelompok yang tidak menerima kehadiran toleransi beragama
antara lain disebabkan masih tingginya tingkat egoisme dari pihak umat
tersebut. Tingginya tingkat ego merupakan salah satu faktornya, apalagi di
zaman seperti ini, di mana para individu terbiasa dengan hal-hal praktis
dan cepat sehingga pelatihan kesabaran diri (kualitas spiritual) menjadi
kurang sehingga sulit mengalah dan bertoleransi.
Dialog antar umat beragama seharusnya masih efektif bila dilakukan secara
positif, yaitu diawali dengan tujuan positif, dilaksanakan secara baik dan
konstruktif, dan akhirnya membawa manfaat untuk semua umat. Apalagi pada
dasarnya dialog antarumat beragama merupakan kebutuhan hakiki umat
beragama. Dengan perkembangan teknologi, dialog dapat dilakukan di mana
saja dan kapan saja, misalnya melalui media sosial di internet. Pemanfaatan
teknologi untuk dialog beragama dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa
saling pengertian, penghargaan, dan penumbuhan jiwa yang awalnya tertutup.
3. Kerja sebagai ibadah memiliki arti untuk memiliki motivasi yang baik
dalam bekerja, bekerja dengan niat tulus dan kesungguhan hati. Dengan
memiliki motivasi kerja yang baik, maka setiap pekerjaan akan dilakukan
secara maksimal, seperti bekerja untuk Sang Pencipta. Memberikan sesuatu
kepada Sang Pencipta, tentunya ingin memberikan yang terbaik. Kerja sebagai
ibadah juga berarti mengerjakan hal-hal yang baik dan benar sesuai dengan
petunjuk dari guru agama; menghindari perbuatan salah yang tidak sesuai
dengan petunjuk agama.
4. Intoleransi beragama merupakan suatu sikap yang sulit untuk menerima
kehadiran agama lain dan tidak dapat hidup berdampingan karena rendahnya
kualitas spiritualitas diri yang dapat memicu terjadinya hal-hal berunsur
negatif, seperti kekerasan. Beberapa jenis kekerasan yang dapat terjadi
ialah sebagai berikut.
a. Kekerasan fisik, adalah kekerasan berupa serangan fisik, mis.
penganiayaan (mis. pemukulan bahkan pembunuhan) terhadap para penganut
agama lain dan pengrusakan rumah-rumah pribadi maupun rumah-rumah ibadah.
b. Kekerasan psikis, merujuk kepada pelontaran kata-kata hinaan, cacian,
dan sejenisnya.
c. Kekerasan politis, berarti menggunakan kekuasaan politis untuk menekan,
membatasi, menghalang-halangi agama lain sementara tidak ada pelanggaran
hukum negara yang mengharuskan adanya sikap atau tindakan yang
demikian.Untuk poin ini, perlu ditekankan bahwa "tidak adanya pelanggaran
hukum" karena kehidupan beragama itu sendiri tunduk di bawah UU. Itulah
sebabnya, dalam taraf tertentu, pemerintah berhak, atas dasar UU, melakukan
tindakan preventif atau pun tindakan hukum, khususnya bila penganut agama
tertentu dinilai bertendensi bertindak membahayakan penganut agama lainnya.
d. Kekerasan sosiologis, berarti menggalang massa untuk mengkampanyekan
atau menyerukan pelarangan dan pembatasan terhadap agama tertentu dan dalam
konteks relasi antar-masyarakat, memperlihatkan tendensi alienasi
(pengasingan diri) dari penganut agama lain.
dalam diri individu masing-masing mengenai toleransi dan rasa tenggang rasa
antara umat beragama. Semua agama mengajarkan hal yang baik dan benar,
namun pada penerapan pengajaran dan pengertian agama dapat dimaknai dengan
pandangan salah dalam kehidupan sehari-hari. Rendahnya kesadaran individu
ini bila dikolektifkan akan membawa dampak yang luar biasa buruk di
lingkungan masyarakat. Konsep solidaritas umat beragama pun dapat membawa
dampak negatif dan memicu pertikaian. Selain itu, komunikasi yang baik
antarumat beragama pun perlu dibangun dengan baik. Hal apapun yang baik
tidak akan menjadi baik apabila komunikasi tidak dilakukan secara baik
karena memberi kesan negatif.
2. Kehadiran kelompok yang tidak menerima kehadiran toleransi beragama
antara lain disebabkan masih tingginya tingkat egoisme dari pihak umat
tersebut. Tingginya tingkat ego merupakan salah satu faktornya, apalagi di
zaman seperti ini, di mana para individu terbiasa dengan hal-hal praktis
dan cepat sehingga pelatihan kesabaran diri (kualitas spiritual) menjadi
kurang sehingga sulit mengalah dan bertoleransi.
Dialog antar umat beragama seharusnya masih efektif bila dilakukan secara
positif, yaitu diawali dengan tujuan positif, dilaksanakan secara baik dan
konstruktif, dan akhirnya membawa manfaat untuk semua umat. Apalagi pada
dasarnya dialog antarumat beragama merupakan kebutuhan hakiki umat
beragama. Dengan perkembangan teknologi, dialog dapat dilakukan di mana
saja dan kapan saja, misalnya melalui media sosial di internet. Pemanfaatan
teknologi untuk dialog beragama dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa
saling pengertian, penghargaan, dan penumbuhan jiwa yang awalnya tertutup.
3. Kerja sebagai ibadah memiliki arti untuk memiliki motivasi yang baik
dalam bekerja, bekerja dengan niat tulus dan kesungguhan hati. Dengan
memiliki motivasi kerja yang baik, maka setiap pekerjaan akan dilakukan
secara maksimal, seperti bekerja untuk Sang Pencipta. Memberikan sesuatu
kepada Sang Pencipta, tentunya ingin memberikan yang terbaik. Kerja sebagai
ibadah juga berarti mengerjakan hal-hal yang baik dan benar sesuai dengan
petunjuk dari guru agama; menghindari perbuatan salah yang tidak sesuai
dengan petunjuk agama.
4. Intoleransi beragama merupakan suatu sikap yang sulit untuk menerima
kehadiran agama lain dan tidak dapat hidup berdampingan karena rendahnya
kualitas spiritualitas diri yang dapat memicu terjadinya hal-hal berunsur
negatif, seperti kekerasan. Beberapa jenis kekerasan yang dapat terjadi
ialah sebagai berikut.
a. Kekerasan fisik, adalah kekerasan berupa serangan fisik, mis.
penganiayaan (mis. pemukulan bahkan pembunuhan) terhadap para penganut
agama lain dan pengrusakan rumah-rumah pribadi maupun rumah-rumah ibadah.
b. Kekerasan psikis, merujuk kepada pelontaran kata-kata hinaan, cacian,
dan sejenisnya.
c. Kekerasan politis, berarti menggunakan kekuasaan politis untuk menekan,
membatasi, menghalang-halangi agama lain sementara tidak ada pelanggaran
hukum negara yang mengharuskan adanya sikap atau tindakan yang
demikian.Untuk poin ini, perlu ditekankan bahwa "tidak adanya pelanggaran
hukum" karena kehidupan beragama itu sendiri tunduk di bawah UU. Itulah
sebabnya, dalam taraf tertentu, pemerintah berhak, atas dasar UU, melakukan
tindakan preventif atau pun tindakan hukum, khususnya bila penganut agama
tertentu dinilai bertendensi bertindak membahayakan penganut agama lainnya.
d. Kekerasan sosiologis, berarti menggalang massa untuk mengkampanyekan
atau menyerukan pelarangan dan pembatasan terhadap agama tertentu dan dalam
konteks relasi antar-masyarakat, memperlihatkan tendensi alienasi
(pengasingan diri) dari penganut agama lain.
0 Comments