BAB I
PEDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tiap penelitian memerlukan sejumlah orang yang harus kita selisiki.
Secara ideal kita harus menyelidiki keseluruhan populasi. Bila populasi
terlalu besar kita ambil sejumlah sampel yang representative, yaitu yang
mewakili keseluruhan populasi itu. Dengan menyelidiki sampel itu kita
ambil kesimpulan berupa populasi.
Salah satu konsep yang berhubungan erat dengan sampel adalah populasi.
Populasi adalah keseluruhan gejala/satuan yang ingin diteliti. Sementara
itu, sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti.
Terkait dengan hal tersebut, kami akan menjelaskan lebih lanjut dalam
makalah ini tentang pengertian populasi dan sampel serta alasan-alasan
pengambilan sampel. Untuk lebih jelasnya akan dibahas pada bab
berikutnya.
1.2. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui teknik pengambilan sampel dengan bermacam-macam cara
pengambilan sampel.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui teknik pengambilan sampel pada penelitian
Kuantitatif
b. Untuk mengetahui teknik pengambilan sampel pada penelitian Kualitatif
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Populasi Dan Sampel Dalam Penelitian
2.1.1. Populasi
Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan dan
mengumpulkan data. Namun, dalam kegiatan penelitian untuk menjangkau
keseluruhan dari objek tidak mungkin dlakukan. Apabila peneliti ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga
disebut populasi atau sensus. Arti darisensus yaitu cara untuk mendapatkan
keterangan (informasi) dari semua anggota populasi dan tanpa
terkecuali.
Unit populasi (Study Unit) adalah setiap individu atau objek yang berada di dalam populasi,
dan yang menjadi sumber data dari penelitian yang dimaksud. Unit
penelitian memiliki karakterisyik tertentu, yang nantinya akan digunakan
dalam penelitian sebagai variabel penelitian. Variabel penelitian dalam
unit penelitian ini bisa terdiri dari satu variabel, atau mungkin lebih
banyak variabel, tergangtung dari besar penelitian yang dikehendaki
(Zaluchu, 2012).
Macam populasi, antara lain adalah populasi terhingga dan tak
terhingga. Yang dmaksud dengan populasi terhinga yaitu sekumpulan objek
yang akan dijadikan sebagai bahan kajian penelitian yang jumlahnya
tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan populasi tak terhingga adalah
sekumpulan objek yang akan diteliti berjumlah tidak terhingga
banyaknya.
2.1.2. Sampel
Sampel adalah sebagian dar individu yang diselidiki dari keseluruhan
individu penelitian.Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi,
maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel yang baik yaitu
sampel yang memiliki populasi atau yang representetif artinya
menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal
tetapi mewakili sampel bukan merupakan duplikat dari populasi.
Bagi penelitian yang menggunakan seluruh populasi penelitian, maka
seluruh unit penelitian menjadi sampel penelitian. Hal tersebut erat
disebut total population. Semenetara itu, bagi penelitian yang tidaak menggunakan seluruh populasi
penelitian, maka berlakulah yang disebut sebagai teknik sampling (Zaluchu, 2012).
Teknik sampling adalah prosedur untuk menentukan unit penelitian. Hal
penting yang harus diperhatikan di dalam melakukan teknik sampling adalah
keterwakilan (representativeness). Prinsip keterwakilan ini adalah mutlak karena sampel harus
sebenar-benarnya menggambarkan sebuah populasi.
Jadi penelitian hanya dilakukan pada sampel tidak pada populasi. Namun
kesimpulan-kesimpulan penelitian mengenai sampel itu akan dikenakan
ataudigeneralisasikan terhadap populasi. Generalisasi dari sampel ke
populasi ini mengandung resiko bahwa akan terdapat kekeliruan atau
ketidaktepatan, karena sampel tidak kan menerminkan secara tepat keadaan
populasi.
2.1.2.1. Petunjuk-Petunjuk Pengambilan Sampel
1. Daerah generalisasi
Yang penting disini adalah menentukan terlebih dahulu luas populasinya
sebagai daerah generalisasi, setelah itu barulah menentukan sampelnya
sebagai daerah penelitiannya. Disamping itu yang terpenting adalah jika
yang dselidiki hanya satu kelas saja, jangan diperluas sampai ke kelas
lain, apalagi sampai menyimpulkan untuk sekolah-sekolah lain.
2. Penetapan sifat-sifat populasi dan ketegasan batas-batasnya
Bila luas populasi telah ditentukan, maka segera diikuti penegasan
tentang sifat-sifat populasinya. Penegasan ini adalah sangat penting.,
bila menginginkan adanya validitas dan realibilitas bagi penelitinya. Oleh
sebab itu, haruslah ditentukan terlebih dahulu luas dan sifat populasi,
dan memberikan batas-batas yang tegas, barulah kemudian menetapkan
sampelnya. Jangan sebaliknya yaitu menetapkan sampelnya terlebih dahulu
baru kemudian menyusul populasinya.
3. Sumber-sumber informasi tentang populasi
Untuk mengetahui cir-ciri populasi secara terperinci dapat diperoleh
melalui bermacam-macam sumber informasi tentang populasi tersebut.
Seperti, dokumen-dokumen yang disusun oleh instansi dan organisasi.
4. Menetapkan besar kecilnya sampel
Seringkali para peneliti dihadpakan pada persoalan yang sulit untuk
mendapatkan ukuran sampel yang dapat dikatakan mewakili populasinya, hal
ini lebih disebabkan karena banyanya perbedaan persepsi satu pemikiran dan
pemikiran lainnya. Pada intinya penetapan ukuran sampel tersebut
sesungguhnya sangat tergantung dari karakteristik elemen populasinya
(homogeny atau tidak).
5. Menetapkan teknik sampling
Didalam sampel ada yan disebut dengan biased sample, artinya sampel yang
tidak mewakili populasi atau disebut juga dengan sampel yang menyeleweng.
Pengambilan sampel yang menghasilkan sampel menyeleweng disebut biased
sampling.
Biased sampling adalah pengambilan sample yang tidak dari seluruh
populasi, tetapi hanya dari salah satu golongan populasi saja, tetapi
generalisasinya dikenakan kepada seluruh populasi.
Bagaiman cara pengambilan sampel? Pertanyaan ini mengarah kepada jawaban
yang disebut dengan teknik pengambilan sampel atau teknik sampling.
Pengambilan sampel haru sdilakukan sedemikian rupa sehingga diperoleh
sampel (contoh) atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.
Contohnya, air the. Agar populasi menjadi homogeny, maka harus kita
aduk dulu agar manisnya sama.
2.1.2.2. Teknik Pengambilan Sampel Pada Penelitian Kuantitatif
1. Metode Acak Sederhana (Simple Random Sampling)
Metode acak sederhana diterapkan pada populasi yang sangat homogen.Itu
sebabnya, dimanapun dan siapapun yang terpilih tidak akan mempengaruhi
hasil yang akan didapatkan. metode yang digunakan biasanya adalah
mendaftar seluruh populasi lalu dengan menggunakan system lotere,
didapatkan sampel sesuai dengan besar sampel yang telah ditetapkan
sebelumnya. Cara lain yang digunakan adalah dengan menggunakan tabel
bilangan random. Tabel bilangan random biasanya tersedia dibuku yang
membahas metodelogi penelitian.
Contoh seperti di bagian belakang banyak buku penelitian, misalnya pada
salah satu lembarannya, dicuplik sebagian tabel bilangan random.
10
09
73
25
33
37
54
20
48
05
03
42
26
89
53
99
01
90
25
29
12
80
79
99
70
Tabel diatas memperlihatkan cuplikan bilangan random, yang dipakai untuk
kebutuhan praktis nanyinya dapat dimulai dari halamn mana saja dan dari
bagian mana saja. Jika jumlah sampel terdiri jumlah puluhan, maka sampel
terpilih 09, 73, 25, 33, 37, demikian seterusnya akan terpilih menjadi
sampel penelitian. Misalnya jumlah sampel yang harus dipenuhi adalah
sebanyak 20 unit sampel, maka 10, 09, 20, 05, 03,01 dan 12 adalah sebagian
dari sampel yang terpilih dari daftar diatas.
Metode pemilihan bilangan acak ini juga bisa menggunakan kalkulator yang
banyak menyediakan angka bilangan random.
2. Metode Sistematis (Systematic Sampling)
Metode ini adalah sebuah metode yang sistematis. Asumsi yang digunakan
sama dengan metode yang sebelumnya, yaitu bahwa terdapat distribusi yang
homogeny didalam populasi. Dengan meggunakan jarak yang merupakan
pembagian antara populasi dengan sampelnya, maka ditemukan sebuah pola.
Misalnya jika pada populasi yang terdiri atas 100 orang sementara jumlah
sampel adalah 10 orang, maka sampel yang terpilih adalah urutan yang
sesuai dengan 100/10=10, maka sampel yang diambil adalah sampel dengan
nomor urut 1, 10, 20 dan seterusnya.
3. Metode Acak Berlapis (Stratified Random Sampling)
Metode ini digunakan jika di dalam populasi terdapat perbedaan atau
strata tertentu. Misalnya jika populasinya adalah sekelompok siswa di
sebuah sekolah menengah, maka terdapat siswa di kelas I. kelas II, dan
kelas III.
Terdapat dua metode untuk memperoleh sampelnya. Cara pertama disebut
sebagai metode proporsional, metode ini menggunakan proporsi masing-masing
tingkatan. Jika di kelas I terdapat 100 orang siswa, di kelas II terdapat
150 siswa dan di kelas III terdapat 75 siswa, maka jumlah sampel akan
tersebar secara proporsional di masing-masing kelas, yaitu sebesar :
Di kelas
I
Jumlah siswa 100 -à Jumlah sampel =100/325
Di kelas
II
Jumlah siswa 150 -à Jumlah sampel = 150/325
Di kelas III
Jumlah
siswa 75 -à Jumlah sampel = 75/325
Jumlah siswa 325
Cara yang kedua adalah dengan menggunakan kuota. Jika di dalam populasi
ditemukan bahwa tingkatan tedapat 3, maka untuk setiap tingkatan
diputuskan untuk membagi jumlah sampelnya sama besar. Untuk contoh di
atas, jika berdasarkan perhitungan sampel ditemukan bahwa besar sampel
adalah 75 orang, maka untuk setiap tingkatan ditentukan ditentuak
masing-masing 25 orang siswi sebagai sampel peneltian.
4. Metode Kelompok/Gugus (Cluster Sampling)
Metode cluster sampling adalah metode dimana di asumsikan bahwa populasi memliki
kelompok-kelompok yang satu sama lain memiliki karakteristik yang hampir
sama. Itu sebabnya penelitian terhadap satu kelompok saja dianggap
merupakan penelitian terhadap populasi tersebut.
5. Metode Bertahap (Multistage Sampling)
Dalam keadaan dimana terdapat populasi yang sangat besar dengan tingkat
sebaran yang luas disertai karakteristik yang sangat berbeda-beda, maka
diperlukan metode pengmbilan sampel yang mengkombinasikan seluruh metode.
Metode ini disebut sebagai multistage sampling.
Memilih teknik sampling yang paling tepat tentunya tidak mudah.
Diperlukan pengetahuan terhadap populasi. Semakin homogeny populasi
semakin mudah kita menentukan teknik samplingnya karena diasumsikan bahwa
teknik sampling tidak akan memepengaruhi kualitas data. Akan tetapi
semakin homogeny sebuah populasi diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang
harus dikombinasikan dengan kemampuan peneliti, waktu,dana, tenaga serta
ketersediaan data-data dipopulasi itu sendiri.
Sering sekali seorang peneliti harus membuat sendiri daftar populasi yang
di akibatkan tidak memadainya pencatatan seperti di Kantor Kelurahan,
Kecamatan atau Kabupaten, Badan Pusat Statistik, Medical Record atau lain
sebagainya. Itu berarti peneliti harus berkerja berkerja dengan lebih
keras lagi. Maka jika diperharapkan pada situasi yang mendesak dan amat
terbatas, peneliti dapat menggunakan non-probability sampling. Akan tetapi
kesimpulan yang dihasilkan nantinya tetap akan sangat terbatas
dibandingkan dengan menggunakan probability sampling.
Menurut defenisinya, probability sampling technique mempertimbangkan
representativeness. Representativeness/ Keterwakilan yang baik, tentunya
akan meghasilkan kesimpulan yang baik pula.
Meski tidak dapat menjamin representativeness-nya, metode non-probability
sampling bukan tidak mungkin dilakukan. Beberapa metode yang lazim
digunakan adalah sebagai berikut :
a. Purposive Sampling
Purposive Sampling merupakan sebuah cara untuk mendapatkan sampel dengan
memilih sampel di antara populasi sesuai dengan yang dikehendaki oleh
peneliti.
b. Concecutive Sampling
Cara ini diterapkan dengan memilih sampel setelah sebelumnya sudah
ditetapkan criteria yang harus dipenuhi. Sampel diambil dalam suatu kurun
waktu yang telah ditetapkan oleh peneliti sampai jumlah sampel
terpenuhi.
c. Convinience Sampling
Metode ini menggunakan subjektifitas peneliti. Jika peneliti menilai
bahwa sebuah subjek memenuhi krtiteria dan kesempatan peneliti juga ada,
maka pengambilan data dilakukan. Tetapi jika peneliti merasa bahwa
penelitian harus dihentikan, maka penelitian pun harus dihentikan.
d.
>Quota Sampling
Quota sampling adalah cara untuk menetapkan sampel berdasarkan jatahnya
sesuai dengan maksud dan kapasitas yang dimungkinkan oleh penelti.
2.1.2.3. Teknik Pengambilan Sampel Pada Penelitian Kualitatif
Selain istilah probability sampling dan non-probability, dikenal pula
istilah khusus dalam pengambilan sampel penelitian kualitatif. Prinsip
penelitian kualitatif adalah pada upaya menggambarkan dinamika sejumlah
kecil informasi, lalu kemudian mendalami informasi dari mereka. Metode
pengambilan sampel yang representative tentuny tentunya juga tidak perlu
terlalu diperhitungkan, karena itu sampelnya sering disebut
sebagai purposive sampling.
Beberapa teknik pengambilan sampel penelitian kualitatif adalah sebagai
berikut :
1. Extream Case Sampling
Pada model ini, peneliti memilih dua kelompok atau lebih yang berbeda
secara ekstrim, misalnya dari kelompok yang berbeda secara ekstrim,
misalnya dari kelompok yang kaya dan kelompok yang miskin. Dengan
membandingkan dua kelompok yang ekstrim ini, maka peneliti bisa
mendapatkan informasi mengenai hal-hal yang dipehatikan atau menjadi
penentu dari keadaan kesehatan kedua kelompok.
2. Maximum Variation Sampling
Penenliti ingin mendapatkan informasi menyeluruh dari seluruh kemungkinan
kelompok yang mungkin mengalami masalah kesehatan, harus mengumpulkan data
yang menggunakan maximum variation sampling. Jika misalnya seorang
peneliti ingin melihat dampak pengobatan pada pasien TB, maka peneliti
harus menyertakan pasien yang sedang berobat, termasuk juga yang sudah
sembuh. Jika peneliti ingin memperoleh informasi mengenai stigma penyakit
AIDS di masyarakat, yang harus diteliti bukan hanya kelompok
terdidik-tidak terdidik, tetapi juga mungkin yang tinggal di desa-kota,
perempuan-laki-laki, dan atau kelompok-kelompok lain.
3. Homogenous Sampling
Jika peneliti ingin memperoleh informasi hanyaa dari satu kelompok saja,
dimana sebuah masalah ingin diketahui penyebab atau akibatnya, maka teknik
ini bisa digunakan. Jika peneliti misalnya ingin mengetahui mengenai
kebiasaan merokok lebih banyak pada laki-laki, maka peneliti bisa
mengkonsentrasikan penelitiannya pada kelompok ini saja.
4. Typical Case Sampling
Teknik ini mengasumsikan bahwa beberapa kelompok memiliki masalah khusus
yang khas. Misalnya pada perempuan yang menyusui, perlu diteliti khusus
perseoalan yang dialami oleh mereka yang berkerja. Mereka yang berkerja
barangkali memiliki persoalan khusus yang tidak sama dengan mereka yang
tidak berkerja, dalam hal menyusui. Atau, persoalan perilaku lingkungan
yang mungkin hanya ada pada keompok yang bertempat tinggal di wilayah
tertentu. Hail-hal ini diperlukan untuk melihat ke-khasan masalah yang
mereka hadapi.
5. Critical Case Sampling
Dalam teknik ini, penelitian dilakukan hanya pada kelompok kritis yang
kemungkinan besar adalah kelompok yang paling sulit di ubah. Jika kita
ingin meluncurkan sebuah program kampanye ASI misalnya, maka uji coba
dilakukan terlebih dahulu pada kelompok ibu-ibu yang tidak berpendidikan
dan bertempat tinggal jauh dari jalan raya, karena mereka adalah kelompok
yang kemungkinan sulit mencari perubahan.
6. Snowball or Chain Sampling
Pendekatan teknik ini menggunakan beberapa orang informasi saja terlebih
dahulu untuk kemudian memberikan informasi mengenai informasi lain yang
mungkin dapat memberikn informasi baru atau tambahan.
2.1.2.4. Bias Dalam Sampling
Bias dalams ampling adalah kesalahan sistematis dalam prosedur sampling
yang menyebabkan penyimpangan dalam hasil penelitian. Sebagai contoh, jika
sebuah penelitian ingin menentukan kebutuhan kesehatan dari sebuah
masyarakat di kota besar di dalam upaya menentukan prioritas pelayanan
kesehatan, adalah sangat bias jika mereka yang tidak memiliki KTP tidak
diperhitungkan. Akibat dari pengabaian kelompok tersebut maka gambaran
umum dari kebutuhan kesehatan tersebut tidak akan dapat menggambarkan
dengan baik.
Masi banyak lagi penyebab bias ini. Salah satu yang harus dipehatikan
adalah non-response. Non-response adalah ketika seorang informan menolak
untuk berpartisipasi atau tidak mengisi data dengan lengkap. Penelitian
data sekunder dengan menggunakan medical record dirumah sakit akan sering
menemukan non-response ini.
2.1.2.5. Perhitungan Besar Sampel
Perhitungan besar sampel amat ditentukan oleh tujuan penelitian. Secara
umum, tujuan penelitian yang ingin mendapatkan informasi yang mendekati
kebenaran, harus menggunakan sampel yang lebih besar. Selain itu,
perhitungan analisis statistic untuk melihat sebab akibat juga amat
ditentukan oleh banyaknya jumlah sampel yang bisa di analisis.
Perhitungan besar sampel tidak bisa disamaratakan. Untuk setiap jenis
desain penelitian, diperlukan perhitungan besar sampel yang berbeda-beda
pula. Amat sering peneliti pemula menggunakan perhitungan besar sampel
secara sembarangan. Akbatnya, keseimpilan yang didapatkanpun tidak sesuai
dengan penggunaan desain penelitiannya.
Secara umum, perhitungan besar sampel untuk sebuah penelitian deskriptif
adalah sebagai berikut :
1. Perhitungan Besar Sampel Untuk Estimasi Proporsi
Jika tujuan penelitian adalah untuk mencoba proporsi penyakit atau
masalah kesehatan tertentu pada sebuah populasi pada level Confidence
Interval sebesar 95%, maka rumus yang digunakan adalah :
n = 1. 962p(1-p)/d2
Contoh :
Katakanlah kita ingin mengestimasikan proporsi remaja yang memliki
masalah ketergantungan alkohol di sebuah wilayah tetentu. Prevalensi
masalah tersebut sebagaimana yang kita dapatkan dari informasi dan data
yang ada adalah sebesar 4 persen. Kita merencanakan bahwa dengan taraf
confidence 95%, ketepatan akan bervariasi pada range 4 persen. Berapakah
jumlah sampel yang ideal ?
Maka, n = 1.962 x 0.04 x (1-0.04)/0.042 = 92 remaja yanmaja yang akan kita pilih menggunakan metode simple random
sampling dari saluruh sampel yang ada.
Catatan : Jika nilai prevalensi sebelumnya tidak kita dapatkan, maka kita
bisa menggunakan angka p sebesar 50 persen.
2. Perhitungan Besar Sampel Untuk Estimasi Nilai Mean
Sementara itu, jika tujuan penelitian kita adalah untuk mendapatkan
estimasi kita terhadap nilai mean dari masalah tertentu pada sebuah
populasi pada level confidence interval 95%, maka rumus yang digunakan
adalah :
n = 1.962S2/d2
Contoh :
Katakanlah kita ingin mengestimasikan tingkat alcohol dalam darah para
pengendara yang secara random akan kita kumpulkan. Dari studi sebelumnya
kita mendapatkan informasi bahwa standar deviasi dari kadar alcohol
tersebut adalah 30 mg alcohol per 100 milimeter darah. Kita ingin mengukur
dengan menggunakan taraf confidence interval 95 persen dengan variasi
ketepatan sebesar 10 mg alcohol/100 milimeter darah. Berapakah jumlah
sampel yang ideal ?
Maka, n = 1.962 x 302/102 = 35 pengemudi.
Catatan :
Jika kita tidak memperoleh informasi sebelumnya mengenai nilai standar
deviasi, maka kita bisa melakukan uji coba pada sejumlah kecil sampel
dengan karakteristik yang sama dengan unit penelitian, untuk mendapatkan
nilai estimasi standar deviasinya.
Sampel yang baik tentulah akan dapat menggambarkan populasinya. Kemmapuan
sampel di dalam menggambarkan populasinya amatlah penting untuk diketahui.
Untuk itu maka perhitungan confidence interval adalah cara secara
statistic untuk mengetahui apakah kesimpulan dari sebuah sampel
benar-benar mewakili populasinya atau tidak. Sebagaimana perhitungan
sampelnya, perhitungan confiden interval untuk :
a. Perhitungan Confidence Interval untuk Estimasi Proporsi
Untuk menghitung nilai confidence interval untuk sampel yang berasal dari
proporsi atau prevalensi masalah kesehatan pada level 95 persen confidence
internal, rumus yang digunakan adalah :
Contoh :
Berdasarkan penelitian terhadap 200 anak yang dipilih secara acak, ditemukan bahwa 80 orang mengalami splenomegaly. Apakah data sampel tersebut dapat mewakili populasi yang sesungguhnya ?
Berdasarkan penelitian terhadap 200 anak yang dipilih secara acak, ditemukan bahwa 80 orang mengalami splenomegaly. Apakah data sampel tersebut dapat mewakili populasi yang sesungguhnya ?
Maka, 80 orang anak yang mengalami splenomegali akan menghasilkan
prevalensi penderita sebesar 40 persen (0.40). Dengan demikian, maka
proporsi penyakit tersebut pada populasinya adalah :
Maka menjadi 0,33 sampai dengan 0,47. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
prevalensi sesungguhnya dari penyakit tersebut pada populasinya adalah 33
persen sampai dengan 47 persen.
b. Perhitungan Confidence Interval untuk Sampel Mean
Untuk menghitung nilai confidence interval untuk sampel yang berasal dari
estimasi nilai mean pada level 95% persen confidence interval, rmus yang
digunakan adalah :
Contoh
:
Kita ingin memperkirakan nilai rata-rata dari berat lahir sekelompok bayi.
Penelitian yang dilakukan secara random pada 36 bayi memberikan nilai
rata-rata berat lahir adalah 3,10 kg. Jika nilai standar deviasinya adalah
0,90 kg, maka berapakah berat lahir bayi tersebut pada populasi yang
sesunggunhya ?
Dengan memasukkan nilai tersebut kedalam rumus diatas maka :
Maka diperoleh nilai 2,8 sampai dengan 3,4 kilogram. Artinya estimasi
berat lahir bayi tersebut pada populasinya adalah pada kisaran 2,8-3,4
kilogram.
Nilai-nilai confidence interval yang bernilai positif menunjukkan bahwa
hasil sampel tersebut cukup akurat untuk memperkirakan populasinya. Jika
nilai confidence interval bernilai negative, baik salah satu maupun kedua
nilai confidence intervalnya, maka hasil tersebut tidak dapat digunakan
karena tidak representative menggambarkan ppulasinya. Kebanyakan hal
tersebut disebabkan karena jumlah sampel yang terlalu sedikit.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Dalam proses penelitian, ketetapan dalam menentukan data yang dicari
adalah suatu urusan yang mutlak diperlukan. Dengan demikian, tujuan
penelitian akan dapat terpenuhi dengan baik. Sumber data pada penelitian
adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.
Populasi adalah objek penelitian sebagai sasaran untuk mendapatkan
dan mengumpulkan data. Namun, dalam kegiatan penelitian untuk menjangkau
keseluruhan dari objek tidak mungkin dlakukan. Apabila peneliti ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka
penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga
disebut populasi atau sensus. Arti darisensus yaitu cara untuk mendapatkan
keterangan (informasi) dari semua anggota populasi dan tanpa
terkecuali.
Sampel adalah sebagian dar individu yang diselidiki dari keseluruhan
individu penelitian.Jika kita hanya akan meneliti sebagian dari populasi,
maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel. Sampel yang baik yaitu
sampel yang memiliki populasi atau yang representetif artinya
menggambarkan keadaan populasi atau mencerminkan populasi secara maksimal
tetapi mewakili sampel bukan merupakan duplikat dari populasi.
Cara pengamblan sampel penelitian yang dapat dilakukan yaitu peneliti
mencampurkan subjek-subjek didalam populasi sehingga semua objek dianggap
sama, sampel strata dilakukan jika ada perbedaan ciri antara strata yang
ada, dan masih ada cara-cara yang lain.
penelitian kualitatif
by
Salahuddin Ageng Natanegara
on Scribd
0 Comments